Saturday, 29 October 2011

Aleut! Menyusur Citarum Purba.

Hari Minggu lalu termasuk hari Minggu yang berbeda dari hari-hari Minggu biasanya. Mau tahukah kalian kawan-kawanku sebangsa setanah air? Karenanya adalah, hari Minggu lalu kemarin sy memutuskan ikut suatu Komunitas apresiasi wisata dan sejarah bernama ‘Komunitas Aleut’. Biasanya minggu pagi sy gunaikan buat bedrest (baca: leha-leha guling-guling di tempat tidur) sampai matahari meninggi, atau paling banter jalan ke pasar kaget yang udah ga bikin kaget lagi karna selalu terjadwal di minggu pagi sekitar IT Telkom .

Aleut sendiri artinya berjalan iring-iringan. Dengan berbekal sms hasil forward dan info dari facebook yang menyatakan ‘Kumpul depan gedung KAA dengan berbekal baju ganti dan sandal nyaman’ akhirnya saya dan dia bersiap-siap dari jam 6 pagi padahal semalam ngerjaken tugas sampe jam 2 pagi. Alhasil bangun dengan mata gendut menandakan si mata masih ingin terpejam. Dengan terburu-buru takut telat di pertemuan pertama, akhirnya (lagi-lagi) kami (saya dan dia) memutuskan untuk naik taxi (lagi). *nocomment.

Sampailah di depan gedung ‘Konperensi Asia Afrika’ jam 7 kurang. Celingak-celinguk nampaknya belum ada satupun yang sudah datang. Baiklah.. saatnya menikmati udara pagi yang rasanya sudah lama kami jumpai. Satu persatu para anggota Aleut datang dan berkumpul. Setelah sekitar 2 jam dari jam 7, barulah dijelaskan tempat mana yang akan kita tuju yaitu: Citarum Purba, di PLTA Saguling, Padalarang.

Napas sy tertahan menyadari (katanya) sandal saya salah kostum. Padahal tahukah kalian kawan? Ini baru beli kemarin sore dan baru dipakai sekarang. Ah, tak terbayang bila nanti sandal paling nyaman sedunia—menurut saya—harus hanyut dan pergi. Saya kuat-kuatkan hati untuk tidak terus menyesali diri.

Lanjut ke perjalanan yang kurang lebih memakan waktu 2 jam dengan termasuk jeda berhenti untuk singgah menengok Alfamart dan Warteg pinggir jalan. Oia, belum saya jelaskan kepada kawan sebangsa setanah air ini ya bahwa kami berangkat kesana dengan nyarter angkot yang kemudian kepenuhan kapasitas. Berikut Gambar keceriaan kami di angkot.

*pahipeuk dalam angkot carteran*


Tibalah di PLTA Saguling, pemasok listrik Jawa dan Bali.

*gagahnya*

Pertama-tama, menuju Sangyhang Tikoro, yaitu sebuah gua purba bawah tanah yang teraliri sungai, kurang lebih panjangnya 200 meter dengan arus lumayan deras. mwnurut cerita warga sekitar, aliran sungai ini mengisi Danau Purba Bandung, tapi faktanya ditemui ketidakcocokan dengan data yang ada bahwa Bandung lokasi ketinggiannya lebih atas dibanding daerah sini.


*Lihat Arus Derasnya*


Sanghyang artinya ‘yang maha agung’ atau ‘yang suci’, sedangkan Tikoro artinya tenggorokan. Pertama mendekat, tercium bau serupa belerang, namun ternyata bukan. Katanya airnya kena limbah. Entah limbah apa, sy tidak dapat keterangan lebih lanjut.

Kembali naik ke atas, kita menuju Sanghyang Poek di balik jalan setapak. Ke arah sebelah sini airnya tidak bau lagi, dan malah penduduk sekitar memanfaatkannya untuk mandi cuci. Suasana hijau dan asri tercium hangat lewat udara. Tidak ada sampah limbah rumah tangga seperti yang biasa kita temui di sungai-sungai kota. Yukatta! Saya suka suasana asri ini.






The first imprssion about Sanghyang Poek adalah “Dalem gua ini gimana ya?”, pengen nyoba masuk tp itu bukan agenda Aleutian hari ini. Agenda hari ini adalah menyusur Sungai cantik ini hingga mendekati hulunya. Baiklaaah ! semangat kawan ! mari siapkan hati dan kaki menyusuri bebatuan licin sungai purba ini. Konon katanya ada seseorang pada abad 15 atau 16 menjelajahnya seorang diri. (wah kebayang yaa, segimana rimbun pohon dan seberapa besarnya batu-batuan jaman itu)

“SUNGAI Citarum pernah dijadikan batas kerajaan-kerajaan wilayah di Tatar Sunda. Nama sungai ini diambil dari nama tanaman (nila). Daerah hulunya di Cisanti – Gunung Wayang, pernah dijelajahi satria pengembara Bujangga Manik (abad ke-15 atau ke-16). Saat melintasi kawasan Priangan ini, Bujangga Manik sudah mengenal dengan baik sakakala Sangkuriang kesiangan, seperti yang ia tuliskan dalam catatan perjalanan mengelilingi pulau Jawa dan Bali seorang diri.

Sumber kutipan: http://dieny.wordpress.com/2007/04/28/perubahan-geomorfologi-citarum-sejak-55000-tahun-yang-lalu/

Kegembiraan terus berlanjut hingga ke arah hulu. Bahu membahu menjadikan perjalanan kali ini menjadi media pengakraban satu sama lainnya. Meskipun belum saling mengenal satu sama lain, kita saling tolong menolong, berpegangan tangan melewati bebatuan dan belukar. Ya ! itulah ciri khas orang Indonesia yang pernah sy baca di buku PPKn jaman SMA: Gotong Royong :D

Berikut beberapa pengabadian moment-moment keceriaan Aleutian di Sungai Purba yang Anggun ini.



Ending dari perjalanan pulang dari sini adalah "Betapa aku kecil di keMahaLuasanMu.." --Supernova.

sekian vacation ceria Minggu ini, tunggu cerita selanjutnya yaaa

ps: agak stress deh sama pengeditan tulisan yang rasanya kok gak segampang dulu ya? aaaaah blogspooot! please yaaa..

No comments: